Siapakah yang Akan Dipilih Penggemar K-pop dan Wibu di Pemilu 2024 Nanti?
Baca beritanya dalam bahasa Inggris
Pemilu 2024 akan digelar sebentar lagi dan para kandidat presiden serta calon legislatif berusaha untuk bisa merayu suara anak-anak muda, termasuk penggemar musik pop Korea (K-pop) dan anime Jepang yang jumlahnya sangat banyak.
Anies Baswedan adalah salah satu calon presiden yang semakin populer di kalangan komunitas penggemar K-pop, terutama setelah akun X bernama @aniesbubble muncul.
Akun tersebut menerjemahkan live streaming Anies ke bahasa Korea, membuat pertumbuhan pengikut dari 400 orang menjadi 1.000 hanya dalam sejam, dan sekarang sudah mencapai 180.000 orang.
Natasya Salim dari ABC Indonesia berbicara dengan pemilik akun @aniesbubble, yang meminta agar identitasnya tidak dipublikasikan.
Ia mengatakan akun tersebut awalnya dibuat bukan untuk mendukung mantan Gubernur Jakarta tersebut, melainkan untuk menjual produk K-pop.
Namun jumlah pengikutnya terus bertambah karena selalu mengunggah konten Anies saat sedang live streaming di TikTok.
Ia mengatakan tidak dibayar oleh tim kampanye Anies dan belum tentu juga akan memilihnya saat mencoblos nanti.
Pemilik akun @aniesbubble namun mengatakan hanya ingin memberikan kesempatan kepada masyarakat, khususnya Gen Z untuk mengecek rekam jejak Anies.
Menurutnya konten Anies populer karena mirip dengan cara bintang-bintang Korea melakukan live streaming di dalam mobil saat mereka sedang tur.
"Karena menurut saya likeable aja sih dan cocok saja."
Capres lainnya, jenderal Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo juga berusaha menarik pemilih muda.
Kekuatan generasi muda
Untuk pertama kalinya, sekitar 60 persen pemilih tahun ini adalah Gen X, milenial, dan Gen Z, menurut Komisi Pemilihan Umum.
Budaya pop Korea sudah banyak memengaruhi gaya hidup generasi ini, mulai lewat film, musik, bahkan produk perawatan kulit.
Tidak ada angka pasti jumlah penggemar K-pop di Indonesia, tapi antusiasmenya sangat signifikan.
Sebuah analisis Twitter atau X tahun lalu menunjukkan Indonesia menduduki peringkat teratas daftar "negara yang paling banyak nge-tweet tentang K-pop" dan "negara dengan penggemar K-pop terbanyak".
Para penggemar K-pop di Indonesia tidak hanya dipersatukan oleh kecintaan terhadap para bintang Korea, tapi juga bersatu saat membantu para korban bencana alam dan krisis kemanusiaan lainnya.
Dua tahun lalu, ketika gempa bumi berkekuatan 6,2 skala Richter melanda pulau Sulawesi dan banjir besar terjadi di provinsi Kalimantan Selatan, setidaknya 16 grup K-pop di Indonesia menggalang dana yang bisa mencapai lebih dari satu miliar rupiah hanya dalam 10 hari.
Ashanti Widyana, pengamat budaya Korea dari Universitas Pendidikan Indonesia, mengatakan capres yang menargetkan penggemar K-pop melalui live streaming di TikTok mendapat tanggapan "di luar dugaan".
"Fans K-pop ini belum tentu akan memilih paslon tertentu juga ... mereka senang saja nge-hype sesuatu yang mirip banget sama idol mereka," kata Ana.
Apakah paslon me-wibu-kan diri mereka sendiri?
Annisa Maharani, seorang warga Jakarta dengan bangga menyebut dirinya sebagai "wibu".
Padahal di beberapa negara istilah ini digunakan untuk meledek penggemar anime atau manga.
"Konotasinya awalnya negatif, cuma karena memang kebanyakan orang yang suka culture Jepang itu juga suka dengan anime, manga," ujarnya.
"Di Indonesia konotasinya jadi oke, karena semua orang yang suka anime manga itu disebut wibu."
Annisa mengatakan kebanyakan anggota komunitas Wibu sepertinya lebih condong mendukung Ganjar Pranowo pada pemilu nanti, karena popularitasnya terbantu setelah disamakan dengan salah satu karakter.
"Kalau yang aku lihat ya, wibu lebih suka ke Ganjar, karena joke awalnya tuh Ganjar mirip Gojo Satoru kata mereka gitu," ujarnya.
"Mungkin karena Ganjar punya rambut putih seperti Satoru," jelas Annisa, yang mengaku ia sendiri belum tentu akan memilih Ganjar.
Menurut Annisa apa yang dilakukan Ganjar lebih "organik".
"Kalau yang Ganjar ini kan dari komunitas wibu-nya sendiri yang nge-reach out ke Ganjar-nya. Jadi dari ganjar-nya sendiri dan timses-nya enggak sengaja me-wibu-kan mereka."
Belum tentu berpengaruh pada pencoblosan
Tapi Annisa mengatakan usaha calon presiden lainnya, seperti Prabowo dan Gibran untuk tampil lebih menarik bagi komunitas wibu, nampaknya tidak terlalu sukses.
Putra Presiden Joko Widodo, misalnya, beberapa kali mengangkat sosok Naruto Uzumaki, termasuk saat kampanye.
Dalam serial manga, Naruto adalah seorang pemuda yang bersumpah akan menjadi ninja sambil mencari dukungan untuk menjadi pemimpin desa.
"Prabowo-Gibran ini pake trademark baju Naruto … yang di Jepang sendiri copyright seni ini sangat dihargai dan begitu juga bagi komunitas wibu," jelasnya.
“Mereka enggak suka hal ini dibawa ke politik, enggak cuma wibu aja sih, bahkan K-pop pun enggak suka kalau hobi mereka dibawa-bawa urusannya dengan politik secara langsung."
Jadi intinya, menurut penggemar K-pop dan wibu, penyamaan karakter harusnya datang dari mereka sendiri bukan diciptakan oleh para politisi.
ABC sudah menghubungi tim sukses ketiga kandidat presiden untuk memberikan komentar.
Tahun lalu, Gerindra, partai politik yang mendukung Prabowo-Gibran membagikan tiket konser Blackpink saat manggung di Indonesia.
Tiket tersebut datang dengan syarat peserta berfoto dengan baliho Prabowo dan Gerindra.
Aksi ini namun mengundang kritik dari akun penggemar Blackpink.
"Tolong jangan gunakan nama BLACKPINK untuk kepentingan politik," tulis @Blink_OFCINDO di unggahan Gerindra di X.
Ganjar juga pernah mendapat komentar pedas saat bertanya grup K-pop mana yang harus ia undang ke Jawa Tengah.
Fans menuduhnya memanfaatkan K-pop sebagai alat politik untuk mendapatkan suara, meski Ganjar kemudian membantah kalau unggahannya tersebut ada hubungannya dengan politik.
Pengamat budaya Korea Ana mengatakan penggemar K-pop memiliki "boundaries yang sangat-sangat tegas".
"Paslon tertentu ini ketika mau masuk ke dalam circle fans K-pop ini enggak bisa juga, karena mereka enggak ngerti bahasa-bahasanya, dan mereka juga benar-benar diingatkan sama grup fans K-pop ini 'kalian jangan masuk, ini kita saja'," jelasnya.
"Kalian cukup lihat dari jauh saja ... biarkan para fans ini melakukan aksinya dengan cara yang mereka suka."
Upaya para paslon presiden untuk menarik penggemar K-Pop dan anime tidak akan berhasil kecuali dilakukan secara organik.
"Saya rasa sih sulit untuk mereka disetir oleh paslon atau pun partai-partai tertentu," katanya.
"Mereka clear punya tembok yang sangat tinggi."
Ia juga mengatakan fanbase memiliki cara yang "mengerikan" saat menghadapi mereka yang mencoba menggunakan idola K-pop untuk tujuan politik.
"Ada fans K-pop sendiri yang sudah, misalnya, menjelek-jelekan paslon lain, atau misalnya menggunakan atribut idol lain asli untuk paslon tertentu, itu sudah langsung dikasih tahu, atau bahkan di-block sama mereka," katanya.
Namun, banyak anak muda, termasuk Annisa yang merasa tidak yakin jika semua referensi budaya K-pop dan anime yang digunakan para calon presiden dan pasangannya akan membantu memenangkan pemilu.
"Cuma yang aku liat fenomena meng-kpop-kan dan me-wibu-kan paslon-paslon membuat anak-anak muda, yang awalnya enggak tertarik dengan politik, jadi ingin tahu sebenarnya politik itu gimana sih, calon-calon ini gimana sih," jelasnya.
"Jadi untuk anak-anak muda tetap harus tetap obyektif ... pastinya pemimpin enggak harus sempurna ya, pasti ada minus-nya, tapi menurutku carilah pemimpin yang tetap bisa kritik."